STRATEGI PENGELOLAAN WAKTU YANG EFEKTIF BAGI MAHASISWA KARYAWAN
STRATEGI PENGELOLAAN WAKTU YANG EFEKTIF BAGI MAHASISWA
KARYAWAN KLINIK KARIR DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UP45
Rr. Sekarlangit Ayuningtas Rahawarin
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Dear mbak Sekar,
Boleh ya mbak aku konsultasi. Aku sangat bingung, dan saya
tidak punya teman untuk curhat. Mbak Sekar kan dari Psikologi, pasti bisa
menolong aku. Begini mbak, saya itu mahasiswa dan juga sekaligus karyawan pada
sebuah perusahaan swasta. Saya menjadi mahasiswa karena sangat ingin seperti
mbak Sekar yang juga sarjana Psikologi. Bekal menjadi sarjana juga akan bisa mengembangkan
karir saya kelak. Saya pikir menjadi mahasiswa Psikologi itu mudah, bisa sambil
bekerja. Kenyataan yang ada, tugas-tugas perkuliahan sangat banyak. Saya
menjadi stress, karena pimpinan di tempat kerja saya juga sangat demanding. Dampaknya saya sering mbolos
kuliah, terlambat mengumpulkan tugas. Pekerjaan di perusahaan ini sangat
berarti bagi saya, karena saya sudah tidak mendapat kiriman dari orangtua. Jadi
saya tidak mungkin keluar dari pekerjaan dan dalam waktu yang sama saya juga
ingin menjadi sarjana. Saya bingung membagi waktu mbak Sekar. Saya mohon
nasihatnya ya mbak. Oh ya, nama saya Ro, usia 23 tahun. Saya bekerja di Mall
Jogja expo center sebagai penjaga counter. Terima kasih ya mbak Sekar,
dari Ro.
JAWAB
Halo mas Ro, saya merasa terhormat menjadi teman curhat mas
Ro. Baiklah, saya jawab persoalan mas Ro. Menurut Spielberg (1950),
stress adalah situasi
psikhis pada seseorang yang mana ia harus menghadapi tuntutan-tuntutan yang
berasal dari lingkungan (faktor eksternal). Tuntutan tersebut jauh lebih berat
daripada ambang kemampuan individu dalam menyangga beban psikhis. Di sisi lain,
individu tidak mampu untuk keluar dari situasi yang menekan tersebut. Bila
tidak ada pertolongan dari luar atau perubahan mendasar dari individu, maka ia
akan mengalami depresi. Situasi stress tersebut adalah termasuk jenis negatif
dari stress. Stress ada juga yang berjenis positif. Artinya individu yang
mengalami stress (tertekan), namun ia justru terpacu untuk mengatasinya.
Saya berpikir mas Ro akan menjadi lebih baik bila mengalami
stress positif. Ketahuilah, pemilihan stress menjadi positif atau negatif
bergantung pada motivasi seseorang. Bila ia mempunyai motivasi kuat, maka
ambang stress akan menjadi tinggi, atau individu tidak mudah mengalami
kelelahan psikhis. Ia akan lebih tahan banting.
Persoalannya adalah bagaimana mendapatkan motivasi yang kuat.
Cara untuk mendapatkan motivasi yang kuat adalah dengan selalu berinteraksi
dengan orang-orang yang positif. Orang-orang positif tersebut akan selalu
mendukung, memberi nasehat, dan memperlihatkan suri tauladan perilaku.
Jadi mas Ro, cobalah untuk selalu bergaul dengan orang-orang
positif tersebut. Kalau perlu bikinlah kelompok belajar di kalangan mahasiswa
tempatmu belajar. Tips selanjutnya adalah untuk selalu makan 4 sehat 5
sempurna. Makanan yang bergizi tinggi efektif menurunkan stress.
Sering-seringlah berolah raga, sehingga aliran darah di otak menjadi lancar dan
mas Ro akan menjadi lebih mudah dalam berpikir.
Strategi selanjutnya adalah membicarakan kesulitan mas Ro
dengan dosen di tempatmu kuliah. Bila dosen mengetahui permasalahanmu, maka ia
akan berempati. Meskipun demikian, jangan coba-coba untuk tidak mengerjakan
tugas lho. Saya pikir, dispensasi dari dosen hanya untuk frekuensi masuk
kuliah, bukan untuk menawar tugas. Cobalah untuk berperilaku profesional, sehingga
dosen juga merasa dihargai.
Itu dulu mas Ro, jawaban saya. Semoga bermanfaat, selamat
bekerja dan sekaligus menuntut ilmu untuk menuju masa depan yang lebih cerah.
Salam hangat, Sekar.
Daftar Pustaka
Spielberg, D. (1950). Faktor stress kerja. Stress kerja . 1(3), …7… - …9……
Comments
Post a Comment