Resiliensi orangtua menghadapi anak ADHD

 Resiliensi orangtua menghadapi anak ADHD



ESSAY PSIKOLOGI INOVASI

Rr. Sekarlangit Ayuningtyas Rahawarin

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

 

 

Orangtua merupakan sosok pelindung bagi anak-anaknya, mereka kerap sekali mengganggap anaknya sebagai penerus harapan dan impian besar mereka. Lantas bagaimana jika Sang Khalik memberikan titipan anak istimewa seperti anak ADHD?. Hal ini lah yang sering kerap sekali menjadi stressor para orangtua. Tidak jarang  orangtua justru menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya (resiliensi).

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas atau gangguan hiperkinetik atau “attention deficit/ hyperactivity disorder” (ADHD) adalah gangguan psikiatrik atau gangguan perilaku yang paling banyak dijumpai, baik di sekolah ataupun di rumah. Gangguan ini merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai pada gangguan perilaku anak. Dalam tahun terakhir ini gangguan ADHD menjadi masalah yang mendapat banyak sorotan dan perhatian utama dikalangan medis ataupun masyarakat umum (Saputro, 2005). 

Beberapa orangtua yang baru pertama kali mempunyai anak dan mengetahui diagnosa atau kondisi anak yang mengalami kebutuhan khusus seperti anak yang mengalami gangguan ADHD akan muncul berbagai dinamika yang terjadi seperti menolak keadaan anaknya, kecewa, overprotektif menjaga anaknya dan takut membiarkan anaknya untuk berinteraksidengan orang lain (Taylor,E ,1988).

Persoalan klasik yang berhubungan dengan resiliensi orangtua menghadapi anak ADHD berada pada kelelahan fisik dan emosi. Pada masalah emosi menunjukkan adanya kelelahan psikologis pada semua orangtua sehingga akan sering mengalami sedih dan menangis. Sedangkan masalah fisik, orangtua akan mengalami kelelahan fisik karena harus mengasuh dan mengawasi anak selama 24 jam seperti mendampingi aktivitas anak sehari-hari, mengerjakan perkerjaan rumah maupun mengurus kebutuhan keluarga

Orangtua perlu melakukan penerimaan anak yang di diagnosis ADHD, bentuk penerimaan itu bisa saja dalam bentuk yang sederhana sepperti menjalin ikatan batin yang baik kuat, memahami kebiasaan yang baik dan buruk anak, mengerti apa yang di butuhkan anak, mengetahu bakat ank sejak dini, membantu anak belajar dengan sikap yang baik dan selalu memberi penghargaan kepadanya.

 

Jadi di pertanyaan yang harus dijawab dalam tulisan ini adalah apa yang bisa dilakukan oleh para orang tua termasuk kita sendiri ketika berhadapan dengan anak yang mengalami ADHD. Hal ini penting karena kerap kali, orangtua anak ADHD mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan yang mereka alami. Masalah utama mereka antara lain mencakup (Baihaqi,2011):

1)    Kurangnya atau tidak adanya pengertian dari para guru

2)    Proses yang membingungkan dan lama untuk memperoleh dukungan melalui rencana tindakan, membuat penyataan dan sebagainya.

3)    Kurangnya pengertian dari para professional perawatan kesehatan

4)    Perasan seakan berada dalam kegelapan dan harus mengatasinya.

 

 

Strategi cerdik menghadapi anak yang mengalami ADHD

Mengajari anak ADHD untuk mengatasi pengaihan perhatian bukan tugas yang tidak mungkin, melainkan harus diterima dan di butuhkan waktu. Sebelum anak ADHD mengabaikan pengalihan perhatian,ia harus mengidentifikasi unsur- unsur kunci penghambatnya dan menyediakan strategi  pennyaringan alternative  sehingga pengalihan perhatian akan kehilanggan daya tariknya

Cara untuk memmulai proses ini adalah dengan menyuruh anak membuat daftar tentang pengalihan perhatian, mana yang paling menarik  menarik bagi mereka di setiap kelas. Anak anak kecil membutuhkan bantuan orang dewasa untuk menunjukan pengalihan perhatian fisik yang dapat di hilangkan oatau stidak tidaknya di sesuaikan dengan batas tertentu. Merupakan sesuatu yang mungkin untuk mengidentifikasi apakah pengalihan perhatian visual atau pendengaran adalah hal yang umum.                 Hal selanjutnya adalah mencatat kekuatan pengalihan  perhatian dan waktu yang di butuhkan dari tujuan utama.

Satu cara untuk mengalihkan perhatian adalah “distraction zapper”. Hal ini merupakan metode pengubahan pengalihan perhatian yang tidak di inginkan menjadi permainan, dimana anak – anak dapat mencatat usaha usahha yang berhasil untuk mengabaikan pengalihan perhatian yang menyebebkan mereka tidak memerhatiakan tugas prioritas mereka. Zipperrnya dapat di buat sebagai pistol laser khayalan bagi anak anak untuk men- “zap” pengalihan perhatian. Bahkan mereka dapat mencatat beberapa kali mereka menembak, seperti dalam permainan laser.

Anak ADHD cenderung lebih patuh terhadap penyelsaian tugas dan sasaran prilaku jika mereka memperoleh suatu imbalan karena melakukanya. Bukan berarti bahwa sanksi tidak dapat dan tidak berhasil, melainkan hal ini harus menjadi suatu pilihan, bahwa imbalan lebih efektif jika di gunakan dengan dengan yara yang positif (Baihaqi,2011). Berdasarkan kenyataan, bahwa anak ADHD jka di berikan sanksi kurang berpengaruh pada anak, dari pada imbalan yang diberikan secara langsung. Oleh karena itu, anak ADHD perlu di beri imbalan dengan segera jika ia menunjukan tingkah laku yang diharapkan.

 Beberapa imbalan yang dapat anda berikan adalah

1)    Komentar yang positif

2)    Prangko, stiker, pembatas buku dan pulpen

3)    Piagam dan sertifikat

Imbalan hanya boleh di berikan secara konsisten dengan penuh perhitungan sebagai pengakuan kepatuhan  atau penyelsaian tugas. Responya harus segera  di simpan agar pengakuan prestasi jangka panjang dari prestasi anak akan hilang dari cyberspace ingatannya

 

 

 

 

ADHD bukanlah suatu alasan prilaku  yang menggangu atau menyimpang atau di anggap tidak benar melainkan lebih merupakan penjelasaan untuk menjawab mengapa orang – orang secara perorangan dapat bertindak dengan cara yang oleh  orang lain dianggap enjengkelkan dan tidak dapat diterima. Suatu pengertian tentang kondisi ADHD  menciptakan serangkaian kemungkinan perawatan ysng efektif dan penangananya dengan cara yang sama diamana anak dengan kesulitan berkonseentrasi dalam belajar bukanlah anak yang bodoh, tetapi memerlukan pendekatan penyesuaian yang berbeda.

 

 

Referensi

Baihaqi.(2011). Memahami dan membantu anak ADHD. Refika aditama

Taylor,E.(1998). Anak yang hiperaktif.Jakarta,Gramedia

Saputro, D. (2009). ADHD (Attention Deficit /Hiperactivity Disorder): Cetakan I. Jakarta: CV.Sagung Seto

 

Comments

Popular posts from this blog

baum tes dan contoh laporan baum

Film joker (2019) menurut sudut pandang ilmu psikologi

sampah bisa jadi duit